Syekh abdul qodir al jailani merebut keranjang ruh dari tangan malaikat maut sehingga semua ruh yang di cabut berhamburan dan kembali ke jasadnya masing masing (Ribuan mayyit hidup lagi), Sehingga malaikat maut menyesal sekali atas kejadian itu. Berikut kisahnya di dalam kitab hilyatul jalalah hal 15-16 واعلم ان تلاميذ القطب الرباني والغوث الصمداني سيدنا الشيخ عبد القادر الجيلاني رضي الله عنه يقول ومن كراماته انه توفي احد خدام الغوث الاعظم وجاءت زوجته الى الغوث فتضرعت والتجأت اليه وطلبت حياة زوجها فتوجه الغوث الى المراقبة فرأى في عالم الباطن ان ملك الموت عليه السلام يصعد الى السماء ومعه الارواح المقبوضة في ذلك اليوم فقال يا ملك الموت قف واعطني روح خادمي فلان وسماه باسمه فقال ملك الموت اني اقبص الارواح بأمر الهي وأؤديها الى باب عظمته كيف يمكنني ان اعطيك روح الذي قبضته بأمر ربي فكرر الغوث اعطاء روح خادمه اليه فامتنع من اعطائه وفي يده ظرف معنوي كهيئة الزنبيل فيه الارواح المقبوضة في ذلك اليوم فبقوة المحبوبية جر الزنبيل واخذه من يده فتفرقت الارواح ورجعت ال. ابدانها فناجى ملك الموت علي...
Al-Quran merupakan kalam ilahi dan menjadi mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW, barang siapa membacanya bahkan menghafalnya walau tidak memahami makna akan mendapat balasan yang berarti dari Allah, disinilah antara lain perbedaan Al-Qur'an dengan kalam yang lain.
Kita selaku umat Nabi Muhammad menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup sehingga sangat di tuntut membaca, menghafal dan beramal dengan isi kandungannya. Apabila seseorang berpotensi menghafal Al-Qur'an tapi dia khawatir setelah menghafal akan lupa yang dilarang dalam agama. Di sini orang tersebut dihadapkan dengan dua hal yang bertolak belakang: pertama bila menghafal Al-Qur'an akan dapat pahala dan bila lupa terhadap hafalan Al-Qur'an maka akan terjerat ke dalam dosa.
Bagaimanakah sikap yang barus diambil oleh orang tersebut? Apakah melanjutkan untuk menghafal atau tidak?
Sebelumnya harus dipahami bahwa kasus ini tidak masuk dalam kategori درء المفاسد مقدم على جلب المصالح artinya menolak mafsadah/kemudharatan lebih diutamakan dari pada menarik kemaslahatan. Hal ini disebabkan lupa yang dikhawatirkan disini belum pasti bahkan masih sebatas asumsi/waham. Sedangkan mendapat pahala sudah pasti. Kebaikan yang pasti tidak ditinggalkan gara-gara mafsadah yang masih waham.
Oleh karena itu, seseorang yang berminat untuk menghafal Al-Qur'an dan dia berpotensi melakukannya maka dianjurkan menghafal seraya memohon doa dan taufiq dari Allah tanpa perlu khawatir akan berdosa gara-gara melupakan hafalannya. Lihat Bughyah al-Mustarsyidin hal 294:
(مسألة:ك) شخص أمكنه حفظ القرآن العظيم، وخاف هو ومعلمه تضييعه و نسيانه المنهي عنه فالذي يظهر أن الأولى التعلم والتعليم والأستعانة بالله تعالى على التوفيق للمنهج المستقيم وليس هذا من قاعدة درء المفاسد إذ المفسدة هنا غير محققة بل متوهمة وثواب حفظ القرآن محقق والخير المحقق لا يترك لمفسدة متوهمة
Lupa Hapalan Al-Qur'an ?
فمذهب مالك رضي الله عنه حفظ الزائد عما تصح به الصلاة من القرأن مستحب اكد ابتداء ودواما فنسيانه مكروه ومذهب الشافعي نسيان كل حرف منه كبيرة تكفر بالتوبة والرجوع لحفظه
“Maka kalangan madzhab Malik ra hukum menjaga hafalan yang lebih dari bacaan yang membuat shalat sah (hafalan selain surat fatihah) hukumnya sunah muakkad baik diawl atau selamanya, melalaikannya hukumnya makruh,Sedang Madzhab Syafi’i melalaikan satu huruf dari hafalan diatas tergolong dosa besar yang hanya dapat terlebur dengan bertaubat dan kembali menghafalnya”. [Hasyiyah as-Shoowy III/68 ].
.وفي الحديث القدسي " من شغله ذكري عن مسئلتي أعطيته أفضل ما أعطي السائلين والإشتغال بحفظه أفضل من الإشتغال بالعلم الزائد على فرض العين و نسيانه ولو بعذر كمرض واشتغال بعيني كبيرة. الشرقاوي ١/١٦٤
“Dalam sebuah hadits Qudsy dituturkan : Barangsiapa yang menyibukkan dirinya dengan mengingat-Ku sehingga tidak sempat meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya yang lebih baik daripada apa yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan menyibukkan diri menghafalnya lebih utama ketimbang menyibukkan diri mencari ilmu yang yang diluar ketentuan fardhu ain, sedang melalaikannya meskipun karena ‘udzur seperti sakit dan kesibukan yang bersifat kewajiban tergolong dosa besar. [Hasyiyah as-Syarqawy I/165].
Imam ar-Ramli membatasinya dengan “bila lupanya karena unsur meremehkan dan karena malas memudarasahnya”. Lihat Asna al-Mathaalib III/46 :
( وَ ) نُدِبَ ( كَثْرَةُ تِلَاوَتِهِ ) قَالَ تَعَالَى { إنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ } الْآيَةَ وَالْأَخْبَارُ فِي ذَلِكَ كَثِيرَةٌ .( وَنِسْيَانُهُ كَبِيرَةٌ ) ، وَكَذَا نِسْيَانُ شَيْءٍ مِنْهُ لِخَبَرِ { عُرِضَتْ عَلَيَّ ذُنُوبُ أُمَّتِي فَلَمْ أَرَ ذَنْبًا أَعْظَمَ مِنْ سُورَةٍ مِنْ الْقُرْآنِ أَوْ آيَةٍ أُوتِيَهَا رَجُلٌ ثُمَّ نَسِيَهَا } وَخَبَرُ { مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ ثُمَّ نَسِيَهُ لَقِيَ اللَّهَ - عَزَّ وَجَلَّ - يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَجْذَمَ } رَوَاهُمَا أَبُو دَاوُدالشَّرْحُ( قَوْلُهُ : وَنِسْيَانُهُ كَبِيرَةٌ ) مَوْضِعُهُ إذَا كَانَ نِسْيَانُهُ تَهَاوُنًا وَتَكَاسُلًا غ
Wallaahu A'laamu Bis Showaab
Komentar
Posting Komentar